Yuk Kenali Pola Asuh ‘Lazy Parenting’ untuk Perkembangan Anak

Tips menerapkan pengasuhan lazy parenting

Berikut beberapa tips yang dapat diterapkan jika Bunda ingin menggunakan pola asuh lazy parenting:

1. Ciptakan ruang untuk anak

Temukan tempat di rumah yang dapat Bunda siapkan untuk anak agar mereka dapat menjelajahi apa pun dan segala sesuatu di dalamnya dengan bebas. Tempat tersebut dapat berupa seluruh ruangan atau area kamar yang dibatasi.

Isi tempat tersebut dengan barang-barang yang sesuai dengan usia anak, di mana mereka tidak memerlukan pengawasan ketat demi keamanan saat bermain. Kemudian, biarkan anak bermain sementara Bunda menjauh.

Namun, bergantung pada kepribadian dan usia anak, mereka mungkin membutuhkan kehadiran Bunda secara fisik di tempat tersebut bersama mereka. Pada intinya adalah Bunda tidak perlu selalu mengarahkan atau membatasi permainannya.

Berikan anak waktu dan ruang untuk mengatasi rasa frustrasi mereka dan mengatasi masalahnya sendiri. Inilah tujuannya: Mempelajari bahwa mereka mampu melakukan banyak hal secara mandiri.

2. Biasakan diri dengan konsekuensi

Memberikan tanggung jawab kepada anak berarti menerima kenyataan bahwa akan ada saat-saat mereka tidak melakukan dengan tepat seperti yang seharusnya.

Pola asuh lazy parenting berarti Bunda perlu menerima hal ini dan meyakini bahwa dalam batas kewajaran. Anak-anak mungkin perlu menanggung konsekuensi alami dari keputusan dan tindakan mereka.

Misalnya, berikan bimbingan pada anak untuk menyiapkan buku dan keperluan sekolah sendiri. Jika ada tugas atau buku tertinggal, yakini bahwa anak mampu mengelola konsekuensi alami dan pengalaman itu akan membantu mereka lebih teliti di lain waktu.

3. Biarkan anak melakukannya dengan perlahan

Tanpa sadar orang tua terkadang terburu-buru karena takut anak terlambat dan ada begitu banyak hal yang harus diselesaikan. Untuk penerapan pola asuh ini, biarkan anak melakukannya dengan perlahan.

Nantinya seiring bertambah pengalaman dan seiring waktu, anak dapat melakukannya dengan lebih cepat.

4. Berikan pengingat jika perlu

Tidak apa-apa untuk memberikan pengingat-pengingat kecil seperti, ‘Tolong simpan barang-barangmu’ atau ‘Rapikan pakaian kotor mu’ saat anak tampak lupa.

Ketika tugas harian ini lama-kelamaan menjadi kebiasaan, anak akan semakin paham dan tidak perlu diingatkan kembali.

5. Jadi contoh yang baik

Orang tua tidak dapat mengharapkan anak dapat melakukan hal yang sama jika tidak ada contoh nyata yang diberikan. Terapkan kebiasaan seperti melipat pakaian sendiri, mematikan lampu saat meninggalkan ruangan, atau membatasi screentime.