Ragam  

Viral! Masjid Jogokariyan Akun Medsos Diblokir Meta dan Youtube

Banyak lahan dijual kepada para pengusaha batik dan tenun dari luar kampung, terutama dari Karangkajen. Akibatnya, terjadi pergeseran ekonomi dan sosial yang membuat masyarakat asli menjadi terpinggirkan.

Kondisi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh PKI dengan mengangkat isu kesenjangan kelas dan ketidakadilan ekonomi. Tak heran bila Jogokariyan saat itu menjadi basis pendukung PKI, terutama di kalangan warga miskin dan buruh.

Namun, peristiwa G30S/PKI pada 1965 menjadi titik balik. Banyak warga ditangkap sebagai tahanan politik. Dalam situasi yang tidak menentu itulah Masjid Jogokariyan mulai dibangun dan dijadikan sebagai pusat dakwah dan perekat sosial.

“Memang di sini (saat itu) sedikit anomali. Karena di wilayah selatan itu Krapyak Kulon dan Krapyak Wetan wilayahnya Nahdliyin. Kalau timur ada Karangkajen yang Muhammadiyah. Sedangkan di sini dulu basis PKI,” kata Galih pada Kamis
23 Juni Mengutip CNN.

“Sampai tahun 1966-1967 masih sangat terasa sekali ke-PKI-annya,” imbuhnya.

Pada awalnya, Masjid Jogokariyan hanya memiliki bangunan inti sederhana. Namun sejak tahun 2006, pengurus mulai mengembangkan fasilitas masjid menjadi Islamic Center. Kini, terdapat setidaknya 28 divisi yang aktif menjalankan berbagai program, mulai dari layanan klinik kesehatan, bantuan umat, hingga komite aksi sosial.

“Banyak yang studi banding. Beberapa tahun lalu, parlemen Eropa ke sini. Pernah juga ulama Palestina berkunjung,” lanjut Galih.

“Mereka juga bertanya kok bisa masjid kampung, karena kelas kami kelas kampung, bukan masjid agung, masjid kota tapi kok bisa mendunia,” imbuhnya.

Rahasia keberhasilan itu, menurut Galih, terletak pada prinsip pelayanan. Pengurus masjid tak hanya mengurus kegiatan keagamaan, tetapi juga aktif melayani kebutuhan sosial warga.

“Kita punya klinik, ada divisi-divisi yang langsung ke masyarakat. Kotak infaq yang besar dan lubangnya juga besar, kalau ada yang mau ngasih Rp 5 juta juga masuk,” katanya.

Galih menegaskan bahwa semua dana infak digunakan langsung untuk kegiatan sosial, tidak disimpan terlalu lama.

“Bukan diendapkan, tapi selalu diputar. Selalu ada kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk jamaah,” tuturnya.

Masjid Jogokariyan dikenal luas karena berbagai program sosialnya. Setiap Ramadan, masjid ini rutin membagikan takjil gratis. Pada Ramadan 2025, jumlah takjil yang dibagikan mencapai 3.500 porsi setiap harinya.

Selain itu, masjid ini juga memiliki program ATM beras bagi penerima bantuan, penginapan murah dengan fasilitas lengkap, bantuan dana untuk warga sekitar, serta layanan klinik masjid.