HALOSMI.ID – Jumlah bencana hidrometeorologi di Kota Sukabumi dari masa ke masa terus mengalami kenaikan. Berdasarkan data dari Pusdalops PB BPBD, terdapat 599 kali bencana yang tersebar di 7 tujuh kecamatan. Angka tersebut dihimpun selama periode Januari-Desember 2024.
Berdasarkan data yang diperoleh, bencana yang mendominasi yakni banjir dengan jumlah 248 kejadian, disusul cuaca ekstrem 182 kali, tanah longsor 100 kali, kemudian angin topan atau beliung 35 kali, kebakaran pemukiman 25 kali, gempa bumi enam kali dan terendah kebakaran lahan tiga kali.
Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi, Suhendar, mengatakan bahwa dampak bencana hidrometeorologi ini juga menimbulkan kerugian yang ditaksir mencapai lebih kurang Rp9,6 miliar, dengan luas area terdampak 1,8164 Ha dan 1.432 KK terdampak.
“Akibat bencana yang terjadi di Kota Sukabumi telah menelan tiga korban jiwa, sementara untuk kerugian ditaksir mencapai Rp9.651.250.000,” ujar Suhendar, kepada HALOSMI.ID, pada Kamis, 9 Januari 2025.
Selain itu, lanjut Suhendar, bencana ini juga mengakibatkan 1.549 unit bangunan mengalami kerusakan, dengan rincian 70 unit rusak berat, 198 unit rusak sedang dan 1.281 unit rusak ringan.
“Ya akibat bencana ini juga terdapat dua jiwa luka ringan, kemudian satu jiwa luka berat, 46 jiwa mengungsi dan 49 jiwa terdampak” ungkapnya.
Ia menjelaskan, pada November merupakan frekuensi tertinggi yang dilaporkan masyarakat dengan jumlah 306 kali kejadian bencana, disusul April 72 kali, Maret 39 kali, Januari 36 kali, Mei 35 kali, Juni 25 kali, Februari 18 kali, Desember 20 kali, September 15 kali, Juli 14 kali, Oktober 10 kali dan Agustus dua kali.
“Secara aggregate, banjir, cuaca ekstrem dan tanah longsor itu paling mendominasi di Kota Sukabumi,” ungkapnya.
Adapun wilayah kecamatan yang tertinggi terdampak bencana diantaranya, Kecamatan Citamiang sebanyak 139 kali kejadian, dan terendah di Kecamatan Lembursitu yang jumlahnya mencapai 59 kali kejadian. Sedangkan, lima kecamatan lainya masih tergolong tinggi.
“Ya untuk Kecamatan Cikole ada 99 kali kejadian, Cibeureum 87 kali, Gunungpuyuh 80 kali, Baros 71 kali dan Warudoyong 64 kali,” paparnya.
Sementara itu, sambung Suhendar, khusus bencana pada Desember itu tercatat ada 20 kali kejadian. Ia menyebut, cuaca ekstrem menjadi bencana yang mendominasi yakni sebanyak 11 kali, dan terendah tanah longsor sembilan kali, hal tersebut dikarenakan pada bulan November anomali puncak musim penghujan sudah berkurang.
“Pada Desember kemarin ini jumlah jiwa terdampak 18 jiwa dan 13 unit bangunan dengan taksiran nilai kerugian Rp177.500.000 dengan 0,0330 Ha terdampak,” pungkasnya. (***)