Akhirnya perilaku impulsif buying atau pembelian secara berlebihan akan terjadi. Salah satu contohnya juga terlihat pada fenomena memborong cokelat yang viral di luar negeri karena belum tersedia di Indonesia.
4. Memicu Gangguan Mental
Ketakutan akan ketinggalan hal-hal yang baru berdampak besar pada sisi psikologis. Begitu pula dengan mental orang-orang yang rela antre panjang berjam-jam demi makanan viral.
Secara mental dan emosi, seseorang akan tergerus. Perilaku seperti ini disebut sebagai salah satu contoh untuk mengikuti intrusive thoughts atau ide acak yang tiba-tiba muncul dalam pikiran.
Beberapa gejala fisik dampak yang menandakan gangguan mental juga seringkali tak disadari. Misalnya sakit perut, sakit kepala, atau nafsu makan yang mendadak tidak terkendali seperti pada orang yang sedang mengalami stres.
5. Pembeli Tak Merata
Selain pada konsumen, fenomena FOMO terhadap makanan viral juga membuat pendapatan para pebisnis kuliner tak seimbang. Banyak restoran atau kafe-kafe besar yang lebih ramai dibandingkan UMKM yang seharusnya dibantu.
Dalam jurnal berjudul Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics, fenomena FOMO memiliki dampak yang tinggi pada aspek sosial maupun personal. Salah satunya adalah adiksi terhadap sesuatu, termasuk makanan dan minuman yang viral.
Dikhawatirkan banyak konsumen yang justru enggan beralih sehingga bisnis lain tidak mendapatkan pembeli yang setara. Padahal masih banyak tempat makan yang tak kalah enak, termasuk pelaku UMKM, yang membutuhkan bantuan lebih besar daripada merek kuliner ternama.
Itulah efek Baruk terlalu FOMO terhadap makanan atau hal lain yang viral, semoga bermanfaat.