2. Stabilitas Ekonomi Global
Ketegangan dagang yang mereda dapat mengurangi volatilitas di pasar keuangan global, yang berdampak positif bagi ekonomi Indonesia. Investor lebih percaya diri untuk berinvestasi di negara berkembang, termasuk Indonesia, sehingga bisa memperkuat nilai tukar rupiah dan meningkatkan arus modal.
Sebagai informasi, berdasarkan data transaksi 5 – 8 Mei 2025, investor asing tercatat beli neto sebesar Rp0,12 triliun, terdiri dari jual neto Rp2,70 triliun di pasar saham dan Rp4,07 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), serta beli neto Rp6,88 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
3. Investasi dan Arus Modal
Investor global yang sebelumnya menghindari risiko akibat ketegangan AS-China mungkin lebih percaya diri untuk kembali masuk ke Indonesia. Ini bisa meningkatkan investasi asing langsung (FDI) dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.
Sebagai catatan, realisasi investasi China dan AS ke Indonesia pada kuartal I-2025 tercatat masing-masing sebesar US$1,75 miliar dan US$0,8 miliar.
4. Harga Bahan Baku Lebih Murah
Industri manufaktur dan elektronik yang bergantung pada bahan baku dari China bisa menikmati penurunan harga input produksi. Dengan tarif impor yang lebih rendah, biaya produksi bisa lebih efisien, meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.
5. Negosiasi Dagang Indonesia-AS
Indonesia bisa memanfaatkan momentum ini untuk menegosiasikan ulang tarif perdagangan dengan AS. Jika berhasil, Indonesia bisa mendapatkan keuntungan lebih besar dalam ekspor ke AS dan memperkuat hubungan ekonomi bilateral.
Secara keseluruhan, meredanya ketegangan dagang AS-China bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya dalam perdagangan global. Namun, tetap perlu ada strategi untuk mengelola dampak negatifnya