1.Perasaan tidak puas atau kecewa terhadap hidup secara umum.
2.Kesulitan merasa bahagia atau menikmati aktivitas yang biasanya disukai.
3.Perasaan sedih, cemas, atau kehilangan minat terhadap banyak hal.
4.Kesulitan berkonsentrasi dan sering melamun.
5.Mudah lelah dan tidak memiliki motivasi.
Pola tidur dan makan yang terganggu.
Orang dengan disforia cenderung lebih sulit mengingat momen bahagia, tetapi lebih cepat mengingat kejadian negatif. Selain itu, mereka juga lebih sering mengalami pikiran yang melayang (mind-wandering), sehingga sulit fokus pada tugas atau aktivitas yang sedang dikerjakan.
Penyebab Disforia
Rasa tidak bahagia bisa muncul karena berbagai macam faktor. Meskipun belum ada penyebab pasti dari disforia, beberapa faktor yang bisa memicunya antara lain:
Stres Lingkungan: Misalnya kehilangan orang tercinta, tekanan pekerjaan, atau masalah keluarga.
Ketidaksesuaian Identitas Gender: Terutama bagi mereka yang mengalami gender dysphoria.
Kondisi Kesehatan Tertentu: Seperti gangguan tiroid, kekurangan nutrisi, atau penyakit kronis.
Penggunaan Zat Terlarang: Termasuk alkohol, rokok, atau obat-obatan tertentu.
Perubahan Hormon: Misalnya pada perempuan yang mengalami premenstrual dysphoric disorder (PMDD).
Efek Samping Obat: Beberapa antidepresan yang dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan tardive dysphoria.
Cara Mengatasi Disforia
Untungnya, disforia bukan sesuatu yang harus kamu hadapi sendirian. Ada beberapa cara yang bisa membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup:
1. Mindfulness-Based Cognitive Therapy (MBCT)
Teknik terapi ini membantu mengelola pikiran negatif dan mengurangi kecenderungan untuk terlalu banyak berpikir (overthinking). MBCT bisa membantu kamu lebih fokus pada momen sekarang dan mengurangi kecemasan.
2. Praktik Mindfulness
Kegiatan seperti meditasi, yoga, dan latihan pernapasan telah terbukti efektif dalam meningkatkan kesehatan mental dan membantu mengurangi gejala kecemasan serta stres.
3. Positive Episodic Simulation
Teknik ini melibatkan membayangkan masa depan dengan cara yang positif dan mendetail. Menurut penelitian tahun 2018, membayangkan skenario positif bisa meningkatkan perasaan optimis dan mengurangi perasaan tidak puas.
4. Mengenali dan Merayakan Euphoria
Sama seperti ada disforia, ada juga euphoria (perasaan bahagia yang intens). Menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil dan merayakan pencapaian diri sendiri dapat membantu meningkatkan suasana hati. Misalnya lakukan hobi atau kunjungi lokasi yang sangat ingin kamu datangi.