Provinsi Maluku dan Papua Tengah masing-masing memiliki UHH sebesar 66,99 tahun. Di Maluku, rata-rata lama sekolah mencapai 10,26 tahun, dan jumlah tenaga kesehatan gizi sebanyak 824 orang tergolong cukup, meski distribusinya belum merata. Kemiskinan dengan indeks 3,10% masih menjadi tantangan.
Di Papua Tengah, angka pendidikan lebih rendah dengan rata-rata lama sekolah hanya 6,12 tahun, sementara jumlah tenaga kesehatan gizi sangat minim, yaitu 87 orang. Indeks kedalaman kemiskinan yang mencapai 5,96% memperburuk akses masyarakat terhadap kebutuhan dasar.
Papua Barat mencatat UHH sebesar 67,05 tahun, dengan rata-rata lama sekolah 7,86 tahun. Namun, jumlah tenaga kesehatan gizi yang hanya 215 orang dan indeks kemiskinan sebesar 4,35% menjadi kendala utama dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah ini.
Wilayah Nusa Tenggara juga menghadapi tantangan serupa. Nusa Tenggara Barat mencatat UHH sebesar 67,73 tahun dengan rata-rata lama sekolah 7,87 tahun.
Meski memiliki jumlah tenaga kesehatan gizi sebanyak 1.145 orang, distribusinya yang tidak merata, terutama di wilayah pedesaan, menjadi hambatan. Indeks kedalaman kemiskinan di wilayah ini tercatat sebesar 2,44%.
Sementara itu, Nusa Tenggara Timur dengan UHH 67,99 tahun memiliki rata-rata lama sekolah 8,02 tahun dan tenaga kesehatan gizi sebanyak 1.642 orang. Namun, indeks kemiskinan sebesar 3,41% masih menghambat perbaikan kualitas hidup masyarakat di wilayah tersebut.
Papua Barat Daya mencatat UHH sebesar 67,85 tahun, dengan rata-rata lama sekolah 8,39 tahun. Meski tenaga kesehatan gizi berjumlah 387 orang, distribusinya belum merata, sementara indeks kedalaman kemiskinan sebesar 4,38% mencerminkan kondisi sosial ekonomi yang masih rentan.
Papua memiliki UHH tertinggi di antara wilayah Papua lainnya, yakni 68,79 tahun. Namun, provinsi ini juga mencatat angka kematian anak tertinggi di Indonesia, yaitu 10,88 per 1.000 kelahiran hidup.
Meskipun rata-rata lama sekolah di Papua mencapai 9,82 tahun, jumlah tenaga kesehatan gizi yang hanya 136 orang serta indeks kemiskinan sebesar 4,01% menunjukkan bahwa akses layanan kesehatan dan kebutuhan dasar masih terbatas.
Secara keseluruhan, rendahnya UHH di beberapa wilayah disebabkan oleh kombinasi antara pendidikan rendah, minimnya tenaga kesehatan, serta tingkat kemiskinan yang tinggi, yang berdampak pada terbatasnya akses masyarakat terhadap layanan kesehatan dan kebutuhan dasar.
Itulah wilayah dengan masyarakat punya harapan hidup yang pendek, semoga menambah pengetahuan kalian.