HALOSMI.ID- Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Pandjaitan ingin mengembangkan hilirisasi kemenyan berbasis komunitas.
Hilirisasi dilakukan setelah ia mendapat data dari ekspor kemenyan alami dari Sumatera Utara ke Asia dan Eripa.
Berdasarkan data yang ia terima, kemenyan alami dari Sumatera Utara bernama resin yang dihasilkan dari pohon Styrax Benzoin ternyata sangat dibutuhkan industri parfum, aromaterapi, makanan, hingga farmasi.
“Namun ironisnya, harga di tingkat petani masih terlalu rendah. Padahal, ekspor kemenyan kita pada 2024 mencapai 43 ribu ton dengan nilai lebih dari US$52 juta. Sekitar 30 persen masyarakat di Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan bergantung hidup dari komoditas ini,” Mengutip CNN Selasa 27 Mei.
“Inilah sebabnya mengapa kami berencana mulai mengembangkan hilirisasi kemenyan berbasis komunitas,” tambahnya.
Luhut mengatakan tidak butuh pabrik besar untuk melakukan hilirisasi kemenyan. Menurutnya, hilirisasi bisa dilakukan dengan teknologi sederhana seperti distilasi uap.
Dengan distiliasi ini, petani bisa menghasilkan minyak kemenyan, resin terstandar, hingga bioaktif siap ekspor.
“Kita tidak butuh pabrik besar, yang kita butuhkan adalah kemauan memberi nilai tambah di tempat kemenyan itu tumbuh,” katanya.
Luhut mengklaim saat ini minat pebisnis untuk melakukan hilirisasi kemenyan sudah mulai terbentuk. Cuma, masih ada kebutuhan yang harus dipenuhi agar semuanya bisa berjalan lancar; kerja sama yang terintegrasi dari lintas kementerian, pemerintah daerah, dan pelaku usaha.
Selain itu, data sebaran lahan dan pohon kemenyan juga diperlukan untuk pemetaan soal potensi produksi dan kebutuhan.
“Saat ini, kami tengah menyiapkan peta digital sebaran lahan dan pohon kemenyan untuk memastikan setiap langkah pembangunan dilakukan berbasis data dan kebutuhan di lapangan,” katanya.
“Hilirisasi kemenyan adalah upaya konkret untuk memperkuat ekonomi lokal, meningkatkan kesejahteraan petani, dan menjaga biodiversitas hutan,” tambahnya.