News  

Kerap Terjadi Bencana! BPBD Kota Sukabumi Butuh Tambahan Sarana Prasarana

Kantor BPBD Kota Sukabumi yang berlokasi di Jalan Letda T. Asmita, Kecamatan Citamiang. Foto: Istimewa.
Kantor BPBD Kota Sukabumi yang berlokasi di Jalan Letda T. Asmita, Kecamatan Citamiang. Foto: Istimewa.

HALOSMI.ID – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi nyatanya masih memerlukan tambahan sarana prasarana pendukung lainnya, meskipun tingkat kebencanaannya tergolong ringan.

Salah tambahan sarana prasarana pendukung itu kendaraan operasional. Walaupun, kendaraan yang ada saat ini masih memadai dan efektif, tapi idealnya diperlukan adanya pembaharuan kendaraan.

“Kita memiliki kendaraan operasional roda empat itu merupakan bantuan dari BNPB tahun 2013. Tapi tetap saja, walaupun dikatakan masih layak digunakan. Tapi, kami memerlukan tambahan kendaraan operasional tersebut,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Novian Rahmat Taufik, kepada awak media, Sabtu, 12 Oktober 2024.

Selain itu, kata Novian, BPBD Kota Sukabumi juga membutuhkan tambahan untuk kendaraan roda dua. Hal itu tentunya, diperlukan karena ada hal-hal bencana yang cukup di evakuasi dengan roda dua, sehingga bisa lebih efektif dan produktif.

“Untuk masalah kelayakan segi medan di Kota Sukabumi tentu saja layak, cumin jangan nunggu mobil tidak bisa bergerak, kan itu bisa bahaya. Jadi, diperlukan tambahan satu sampai dua kendaraan baik roda empat atau pun roda dua,” bebernya.

Sedangkan untuk sumber daya manusia (SDM) sendiri, lanjut dia, saat ini tergolong masih cukup memadai. Pasalnya, hanya dengan jumlah personel 50, terdiri dari 10 Aparatur Sipil Negara (ASN) dan 40 tenaga non ASN, BPBD Kota Sukabumi dapat merespon bencana dengan cepat.

“Setiap hari, ada sekitar delapan personel disiagakan untuk melakukan monitoring dan penanganan bencana,” katanya.

Ia juga mengungkapkan, jika tingkat kebencanaan di Kota Sukabumi masuk dalam kategori ringan. Bencana banjir misalnya, kerap terjadi karena dampak oknum yang tak bertanggung jawab dengan membuang sampah sembarangan, sehingga saat turun hujan air sungai meluap dan terjadi banjir limpasan.

“Namun, untuk bencana longsor kami mewaspadai di wilayah Kecamatan Gunungpuyuh dan Cikole,” tandasnya.

Sementara itu, berdasarkan data dari Sistem Informasi Elektronik Data Bencana (SiEdan) dalam kurun Januari-September, tercatat ada sebanyak 247 kali kejadian, yang tersebar di tujuh kecamatan.

Akibat kejadian tersebut, nilai kerugian ditaksir mencapai Rp4.616.500.000, dengan luas area 1,2172 Ha, dan 400 KK terdampak. Diantaranya 410 orang terdampak, 530 unit bangunan rusak, 42 unit rusak berat, 115 unit rusak sedang dan 373 unit rusak ringan. (***)