Istilah Doomscrolling, Perilaku Nyandu Nonton Konten Negatif di Medsos

HALOSMI.ID- Konten Negatif di berbagai platform digital tersebar sangat cepat, sehingga muncul sebuah perilaku yang disebut dengan doomscrolling.

Doomscrolling diartikan sebagai suatu kebiasaan terus-menerus melihat berita atau konten negatif di media sosial atau situs berita, meskipun informasi tersebut seringkali membuat kita merasa cemas atau tidak nyaman dan membuat efek ketagihan.

Dorongan untuk terus-menerus melihat berita negatif dipengaruhi oleh meningkatnya konflik, seperti kekerasan, bencana alam yang terus terjadi, dan ketegangan politik yang mendominasi media.

Dalam situasi seperti ini, banyak dari kita yang merasa terdorong untuk terus memantau berita yang ada.

Doomscrolling dapat memengaruhi siapa saja yang memiliki perangkat digital, Jika anda memiliki perangkat maka akan sering untuk membaca berita buruk.

Perilaku ini berakar pada sistem limbik otak manusia, yang sering disebut sebagai otak kadal atau reptil. Cara kerjanya dengan berperan dalam proses melawan atau lari dari bahaya dan mendorong kita untuk selalu lari dari ancaman.

Meskipun semua orang rentan melakukan perilaku buruk, ini terdapat tiga kondisi orang yang lebih rentan melakukannya, yaitu orang yang sedang mengalami stres, perempuan, dan orang yang memiliki trauma.

Psikologi mengungkapkan terdapat tiga alasan utama mengapa seseorang cenderung melakukan doomscrolling.

Pertama, karena manusia memiliki bias alami negatif, di mana kita lebih cenderung memperhatikan peristiwa negatif dibandingkan yang positif.

Bias ini dimiliki oleh manusia sebagai mekanisme dalam bertahan hidup, yang membantu kita mendeteksi dan menghindari potensi ancaman di sekitar kita.

Kedua, banyak orang yang merasa bahwa dengan terus menerus mengikuti berita, mereka dapat mengendalikan situasi yang tidak menentu. Keyakinan ini muncul karena berpikir bahwa dengan mengetahui apa yang terjadi di dunia, mereka akan lebih siap dalam menghadapi tantangan atau mencegah dampak negatif yang mungkin timbul.

Meskipun perasaan ini dapat memberikan rasa aman, tetapi lebih sering menambah kecemasan.

Ketiga, seseorang sering mencari perbandingan atau validasi sosial melalui doomscrolling. Dengan membandingkan kondisi yang dimiliki diri mereka dengan yang dimiliki oleh orang lain yang mungkin lebih buruk, mereka merasa sedikit lega atau bersyukur.

Penelitian tentang Doomscrolling

Perilaku ini telah diteliti dengan melibatkan 800 mahasiswa dengan budaya yang berbeda, yaitu dari negara Iran yang memiliki budaya kolektif dan negara Amerika Serikat yang memiliki budaya individualis barat.