Negeri Tirai Bambu yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu mensyaratkan dialog yang setara alias equal-footed. Pemerintah China ingin mendorong kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan AS yang saling menguntungkan.
“China dan AS adalah dua ekonomi teratas dunia. Kerja sama ekonomi dan perdagangan antara kedua negara sangat besar, substantif, dan berbasis luas yang melibatkan begitu banyak pemain sehingga wajar saja jika ada beberapa perbedaan,” tulis white paper itu, Mengutip Jumat 11 April.
“Cara terbaik untuk mengatasi masalah dan menjembatani kesenjangan adalah dengan mencari jalan untuk kerja sama yang saling menguntungkan melalui dialog yang setara,” tegas China.
5. China ‘ngadu’ ke WTO
China juga menempuh jalur lain dalam perang tarif ini. Mereka melayangkan tuntutan terhadap Amerika Serikat kepada Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).
Perwakilan China di WTO menuturkan Beijing telah resmi mengajukan tuntutan terhadap AS ke WTO terkait penerapan perang tarif Trump yang dianggap berpotensi mengacaukan perdagangan global.
Beijing juga menuduh Washington telah melanggar aturan WTO dan merusak sistem perdagangan multilateral. China mendorong Sekretariat WTO meneliti dampak dari kebijakan tarif timbal balik terhadap perdagangan global serta melaporkan temuannya kepada seluruh anggota.
“Situasi ini telah meningkat secara berbahaya … Sebagai salah satu anggota yang terdampak, China menyampaikan keprihatinan mendalam dan penolakan tegas terhadap langkah sembrono ini,” tegas pernyataan China kepada WTO.
“Tarif timbal balik bukanlah dan tidak akan pernah menjadi solusi bagi ketidakseimbangan neraca perdagangan. Sebaliknya, kebijakan ini akan menjadi bumerang dan justru merugikan Amerika Serikat sendiri,” kata mereka.
AS getok China tarif 145 persen
AS makin menggila dengan menaikkan tarif 145 untuk produk-produk asal China. Gedung Putih mengonfirmasi produk impor China yang akan masuk ke AS kini terkena tarif impor minimal 145 persen, naik dari pengumuman sehari sebelumnya sebesar 125 persen.
Melalui pernyataan pada Kamis 10 April waktu setempat, Gedung Putih menuturkan tarif timbal balik (resiprokal) sebesar 125 persen untuk China yang diumumkan sebelumnya itu di luar tarif 20 persen yang sudah lebih dulu diberlakukan.
Washington menegaskan besaran tarif yang dikenakan terhadap barang-barang China bersifat akumulatif.
Trump mengaitkan kenaikan tarif 20 persen tersebut dengan isu imigrasi ilegal dan masuknya fentanil ke AS, yang menurutnya melibatkan peran China.