3. Jepang
Pemerintah Jepang melalui Kementerian Pendidikannya telah merencanakan pemrograman komputer sebagai mata pelajaran wajib di sekolah dasar dan sekolah menengah sejak 2016 lalu.
Sedangkan pada saat itu, beberapa kota di Jepang seperti Koga (Prefektur Ibaraki) dan Takeo (Prefektur Saga) telah memasukkan pelajaran pemrograman komputer di sekolah dasar melalui kerja sama dengan sejumlah perusahaan dan relawan.
Bahkan, hal tersebut dilaporkan telah berhasil meningkatkan minat belajar siswa.
Berdasarkan catatan sejumlah universitas ternama di Jepang, pendidikan Jepang saat ini juga telah terfokus pada riset dan pengembangan teknologi terbaru.
4. Singapura
Coding telah menjadi mata pelajaran wajib bagi siswa kelas 4 hingga 6 sekolah dasar di Singapura sejak 2020. Para siswa mendapatkan pembelajaran tersebut melalui sebuah program yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Otoritas Pengembangan Media Infocomm (IMDA), bernama ‘Code For Fun’.
Dalam tahap awal implementasinya, siswa diwajibkan mengambil program pembelajaran ini selama 10 jam dalam satu tahun ajaran. Program pembelajaran pemrograman sebelumnya telah diberlakukan sebagai mata pelajaran opsional sejak 2014, dimana materi terkait AI dan keamanan siber (cyber security) juga diajarkan.
Pemerintah Singapura menyatakan bahwa materi pembelajaran teknologi diberikan untuk mengenalkan cara berpikir komputasional yang merupakan dasar dari coding.
5. Eropa hingga Amerika
Selain negara-negara tersebut, sejumlah negara maju lain sudah menanamkan pembelajaran pemrograman dan ilmu komputer dalam kurikulum pendidikannya sejak lama.
Misalnya, Australia dan Amerika yang memiliki pelajaran khusus sains komputer di seluruh sekolah, kemudian Finlandia yang mengajarkan coding dalam bentuk e-learning untuk dipelajari siswa secara mandiri.
Sedangkan di Indonesia, saat ini coding belum dijadikan mata pelajaran wajib dan hanya disediakan oleh sekolah tertentu, terutama sekolah yang mengadopsi kurikulum luar negeri.
Sejumlah lembaga pelatihan digital untuk anak-anak sebenarnya sudah ada di Indonesia sejak 2019. Namun, salah seorang pendirinya, Kurie Suditomo, menyatakan bahwa pendidikan pemrograman di Indonesia masih sangat terbatas dan hanya dapat diakses kalangan menengah ke atas.
“Kita punya masalah dengan kualitas guru yang tidak merata. Anak-anak kita mendapatkan akses ke dalam perkembangan teknologi yang sangat cepat sementara secara formal guru-guru sangat ketinggalan,” kata Kurie dalam sebuah wawancara pada 11 Desember 2019.