HALOSMI.ID- Seperti yang Kita Tau Bahwa Saat ini, beberapa negara di dunia tengah menghadapi krisis finansial yang cukup serius.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari pengelolaan keuangan yang buruk oleh pemerintah atau akibat dampak eksternal yang tidak dapat dihindari seperti konflik atau bencana alam.
Di negara-negara dengan krisis ekonomi tersebut, masalah ini biasanya akan makin memburuk jika memiliki ketergantungan pada utang, kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan dasar, hingga penurunan sektor industri serta investasi.
Dilansir dari Because Mom Says, inilah beberapa negara yang terancam ambruk secara finansial karena ketidakstabilan ekonominya tersebut!
1. Venezuela
Di Venezuela, harga barang-barang pokok seperti roti bisa meningkat sebanyak 2 kali lipat hanya dalam hitungan jam. Penyebab utama situasi hiperinflasi ini adalah kombinasi antara perubahan politik yang tidak stabil dan ketergantungan berlebihan pada cadangan minyak sebagai sumber utama pendapatan negara.
Ambruknya ekonomi negara Venezuela juga dipicu oleh kebijakan ekonomi yang buruk seperti pencetakan uang yang berlebihan dan ketidakmampuan pemerintah untuk mengelola cadangan negara dengan baik.
Akibatnya, nilai mata uang negara, bolivar, terus merosot sehingga menyebabkan harga barang dan jasa melonjak tak terkendali.
Inflasi yang sangat tinggi ini telah memengaruhi kehidupan masyarakat yang makin kesulitan membeli barang-barang kebutuhan dasar seperti makanan dan obat-obatan.
Situasi ini juga menyebabkan eksodus besar-besaran warga Venezuela ke negara-negara tetangga demi mencari kehidupan yang lebih baik.
2. Lebanon
Krisis keuangan Lebanon yang berlangsung sejak 2019 telah memperburuk kondisi negara ini dan memberikan dampak yang sangat serius.
Keruntuhan sistem perbankan dan pengelolaan keuangan yang buruk oleh pemerintah mendorong nilai mata uang lokal, Lira Lebanon, anjlok hingga hampir 90 persen dari nilai aslinya.
Negara ini akhirnya terperangkap dalam utang besar yang makin sulit untuk dilunasi.
Pemerintah Lebanon yang sebelumnya bergantung pada pinjaman internasional dan bantuan asing, kini menghadapi krisis likuiditas yang parah. Devaluasi mata uang menyebabkan harga barang-barang pokok meroket.
Sementara itu, warga Lebanon yang menyimpan uang dalam bentuk dolar di bank, kini hanya dapat mengakses sebagian kecil dari saldo mereka.
Ambruknya ekonomi negara Lebanon ini telah mengarahkan mereka pada kemiskinan yang meluas dan pemotongan subsidi-subsidi penting, termasuk bahan bakar dan obat-obatan.