Selain itu, tidur dapat dianggap sebagai ibadah bila selama berpuasa seseorang tidak melakukan maksiat. Hal itu dijelaskan oleh Syekh Nawawi al-Bantani.
وهذا في صائم لم يخرق صومه بنحو غيبة، فالنوم وإن كان عين الغفلة يصير عبادة، لأنه يستعين به على العبادة.
“Hadits ‘tidurnya orang berpuasa adalah ibadah’ ini berlaku bagi orang berpuasa yang tidak merusak puasanya, misal dengan perbuatan ghibah. Tidur meskipun merupakan inti kelupaan, namun akan menjadi ibadah sebab dapat membantu melaksanakan ibadah” (Syekh Muhammad bin ‘Umar an-Nawawi al-Bantani, Tanqih al-Qul al-Hatsits, Hal. 66)
Dengan demikian, tidur pada saat berpuasa dapat disebut ibadah ketika memenuhi dua kriteria, yakni tidak dimaksudkan untuk bermalas-malasan dan tidak mencampuri ibadah puasanya dengan melakukan perbuatan maksiat.